#6 WAY KAMBAS DAN SEGALA KENANGAN DI METRO


       Pulau Pahawang boleh masih jadi wacana, namun Way Kambas harus terealisasi. Pagi itu hanya sebentar bisa ngobrol dengan Neng Geulis Salsa. Waktu di Gramedia sih dia sering dipanggil Nisa Sabyan hehe, mirip memang. Saya pamit dan mengucapkan terima kasih sudah diijinkan menginap. Memesan ojek online menuju museum Lampung, karena kemarin belum sempat ke sana.Salsa juga memesan Ojek Online (Ojol) menuju kampusnya, kami berpisah pagi itu. Dari rumah Salsa ke museum lumayan jauh. Seperti dugaan, di dalam museum tak hanya menyimpan benda-benda bersejarah saja, namun juga menyimpan kain tapis, yeeeay akhirnya ketemu kain tapis.
bersama Salsa sebelum saya pamit ke Metro

                Dalam museum juga terdapat kertas (dari kulit kayu) yang berisi tulisan kuno Lampung. Tulisan itu yang kemarin saya dapati di tugu selamat datang Bandar Lampung. Konon sudah ada sebelum islam masuk ke Sumatra. Pada umumnya tulisan tersebut berisi syair, puisi, mantra, sihir guna-guna dan metode kesehatan (beuh ngeri juga ya, untung saya gak bisa baca, kalau salah baca bisa runyem). 


       Terdapat pula mannequin yang mengenakan pakaian adat Lampung. Dari mannequin yang mengenakan pakaian pengantin hingga pakaian sehari-hari khas Lampung. Museum Lampung atau dikenal dengan sebutan museum “Ruwa Jurai” ini buka dari jam 08.00 – 14.00 WIB kecuali hari Jum’at yang buka hanya sampai pukul 11.00 WIB. Saat itu saya berkunjung pada hari jum’at, untung timingnya pas, jadi gak keburu tutup kyak kemarin. Baiklah, setelah dari meseum Lampung, perjalanan saya lanjutkan ke Kota Metro. Tidak ke terminal Rajabasa, saya naik bus arah Metro dari dari SDN 1 Hajimena, biar lebih aman dan lebih cepet berangkat. Dengan Rp. 6.000,- naik Ojol menuju SDN 1 Hajimena.
tulisan kuno Lampung

                Tarif menuju terminal Metro Rp. 15.000,-. Kurang lebih selama 2 jam menempuh perjalanan hingga Metro. Terminal Metro ini tak seluas terminal Rajabasa, jadi tak banyak calo yang menawarkan jasanya pada saya. Di sebelah terminal terdapat Polsek dan masjid, sembari menunggu jamaah sholat jum’at bubar, saya istirahat di Polsek. Baru setelah masjid sepi, bergeser ke masjid untuk shalat dhuhur. Meski terlihat sepi, masih ada segerombolan warga lokal yang ngobrol menggunakan bahasa Jawa. Ah ini di Lampung tapi berasa di kampung sendiri hehe. Usai dari masjid, saya memesan Ojol lagi menuju kantor “Yayasan Daarut Tauhid Peduli” kota Metro, untuk meeting dengan Mbak Ranti terkait program Outbound yang akan dilaksanakan minggu besok. Karena program inilah saya bisa berangkat ke Lampung. Tarif Ojol Rp. 8.000,-, kantor Mbak Ranti rupanya tak jauh dari taman kota Metro.
kegiatan outbound bersama ponpes Baitul Qur'an

                Kami saling berkenalan terlebih dahulu, saya memaparkan gambaran acara, Mbak Ranti beserta tim kantor menyiapkan perlengkapan. Pihak kantor Mbak Ranti minta acara diajukan besok, alias hari sabtu (23/02/19), yaaah itu artinya agenda ke Way Kambas bersama Pamuji hari minggunya. Saya dijamu makan siang (jelang sore), Alhamdulillah rejeki. Numpang mandi sekalian di kantor, sebelum akirnya ke rumah Mbak Bety, sahabat komunitas nulis. Mbak Bety pulang malam waktu itu, saya diajak ke rumah Anisa terlebih dulu, Anisa juga bekerja di yayasan tersebut. Rumah Anisa tak jauh dari rumah Mbak Bety, dan ternyata Anisa ini masih sodara jauh dengan Mbak Bety. Seusai Isya saya bersama Anisa bergeser ke rumah Mbak Bety, hampir 2 tahun tidak bertemu Mbak Bety, huaah lega akhirnya bisa bertemu. Kami bertiga asik ngobrol sambil ditemani hujan, rasanya syahdu hehe. Mbak Bety tinggal bersama kedua orang tuanya dan adiknya, Dani. Anisa akhirnya memutuskan menginap di rumah Mbak Bety karena hujan tak kunjung reda. Sebenarnya destinasi awal di Metro itu tempat laundry, eh nggak tahunya Mbak Bety (lebih tepatnya kakak Mbak Bety) punya usaha laundry, dan urusan baju kotor sudah aman.
olahan Ikan Gurame ala Ibunya Mbak Bety

bersama keluarga besar Mbak Bety

                Paginya ibu Mbak Bety menyiapkan kami sarapan Gurame (lodeh atau apa saya lupa nama masakannya) rasanya bikin susah lupa, enak banget. Di tempat Mbak Bety itu sepertinya apa-apa ada, mau ikan Gurame tinggal serok, baju kotor tinggal laundry sendiri, mau sayur juga ada kebun, Alhamdulillah lah ya rejeki. Tak banyak kegiatan pagi itu, saya hanya istirahat sembari menyiapkan materi untuk para santri yang diasuh yayasan. Acara berlangsung sore, dan diguyur hujan lebat, saya sudah hampir sedih kalau acara akan kacau dan tanpa disangka, hujan justru membuat acara tersebut makin seru. Hujan Lebat Tak Surutkan Peserta Experiential Learning di Ponpes Baitul Quran Lampung - https://kampoengupdate.com/?p=3644
bersama crew DT peduli Metro

                Bersyukur bisa berbagi keceriaan bersama para santri Baitul Qur’an yang diasuh Yayasan DT Peduli. Usai acara masih nampak gerimis setelah hujan, saya dan Anisa diajak Mbak Ranti makan malam di bakso paling hits se-Metro, katanya. Dan benar saja, kami belum selesai makan, kedai bakso sudah ditutup padahal masih pukul 20.00 WIB, namun bakso sudah habis, wuah untung kami masih kebagian. Sampai saat saya menuliskan ini, rasa tu bakso masih melekat di lidah, rekomendasi bagi kalian yang berkunjung ke Metro, “Bakso Son Haji Sony” atau lebih dikenal dengan Bakso Sony saja. Makasih banyak Mbak Ranti, saya sampai gagal move on sama tu bakso hehe. Dan acara utama di Lampung telah usai, tinggal ke Way Kambas saja esok harinya. Sampai di rumah Mbak Bety langsung istirahat karena si Pamuji ngajak berangkat pagi.

***
               
Minggu pagi saat kami berangkat menuju Way Kambas, saya masih terngiang-ngiang pulau Pahawang yang gagal kami sambangi. Ah sudahlah namanya belum rejeki mau diapain lagi. kurang lebih 1,5 jam dari kota Metro, kami tidak lewat Sukadana seperti yang ada di film “Trinity The Naked Traveler” Pamuji memilih jalan lain agar lebih cepat sampai. Total tarif masuk wilayah Way Kambas Rp. 21.000,- dengan rincian Rp. 2.000,- untuk asuransi, Rp. 5.000 untuk biaya kendaraan roda 2 masuk, Rp. 7.500,- untuk harga tiket masuk, cukup terjangkau kalau kata saya. Dari pintu masuk, kami masih harus mengedarai motor cukup jauh menuju daerah konservasi gajah. Kami tiba sekitar pukul 09.00 WIB, sengaja berangkat pagi agar bisa menyaksikan gajah dimandikan di kolam khusus. Pamuji istirahat di gazebo sedangkan saya keliling untuk menyaksikan gajah mandi, melihat kandang gajah dan mengikuti ke mana gajah tersebut pergi. Penasaran dengan rumah sakit gajah, sayapun ijin kepada salah satu petugas di sana untuk masuk wilayah terlarang, dan kami mendapatkan ijin.


        Jumlah gajah Sumatra tiap tahun mengalami penurunan, ada sekitar 150-an gajah di taman Way Kambas ini. bila gajah tersebut sakit, sudah ada tim medis yang bekerja di rumah sakit gajah, lokasinya masih di sekitar Way Kambas. Para gajah ini tidak dimasukkan di kandang saat siang, mereka dibiarkan bebas, hidup bersama alam, hanya saja tetap dalam pengawasan petugas.


                Hah saya merasa beruntung sekali diijinkan menyaksikan gajah langsung di alamnya, pengalaman ini tak bisa dilupakan. Puas berkenalan dengan gajah dan mengelilingi taman Way Kambas, kamipun pulang ke kediaman Mbak Bety. Sebelum sampai rumah, saya minta berhenti di penjual rujak Bebeg, sudah lama pengen rujak itu. Rujak buah sebenarnya tapi ditumbuk dengan bumbu, rasanya mantep. Saya menceritakan perjalanan hari ini ke Mbak Bety, dan rupanya dia belum pernah ke Way Kambas, wah pelanggaran, warga lokal wajib ke Way Kambas hehe. Sebenarnya senin besoknya saya mau pamit pulang, namun Mbak Bety belum rela, karena merasa belum mengajak saya jalan-jalan. Akhirnya kami jalan siang dan malam harinya. Saya diajak ke pasar, beli batik dan melihat kain tapis (hanya melihat, saya belum ada rencana beli, mahal euy), selanjutnya kami ke swalayan untuk membeli oleh-oleh, Dani juga sempat makan malam bersama saya dan Mbak Bety. Pengalaman bersama Mbak Bety, Dani, Mbak Ranti, Anisa, Pamuji serta santri Baitul Qur’an di Metro tidak akan saya lupakan. Terima kasih semuanya, terima kasih atas semua perjalanan manis ini. semoga kita bertemu di perjalanan berikutnya.
memakai kain tapis


rumah sakit gajah di Way Kambas

Oy saya ingin berbagi informasi rute darat menuju Lampung dari Ngawi (Jawa Timur) :

·          Stasiun Paron, Ngawi – Stasiun Pasar Senin

Naik kereta Brantas Rp. 84.000,- namun bila kehabisan tiket kereta ini masih ada alternatif kereta lain yang harganya diatas Rp.100.000,- atau naik bus ekonomi dengan tarif kisaran Rp. 250.000,-

·         Terminal Senin - Terminal Kalideres

Dari stasiun Pasar senin bisa jalan kaki menuju terminal Senin, cari bus arah kalideres dengan tarif Rp.4.000,- usahakan pakai uang pas, karena supir bus biasanya ebut-kebutan. Biar lebih cepet beres maksudnya, usahakan bayar dengan uang pas.

·         Terminal Kalideres – Terminal Merak

Waktu itu saya turun Patung, Serang tapi tarif sama bila hendak langsung turun ke terminal Merak yakni Rp. 25.000,-. Dari terminal Merak menuju pelabuhan bisa ditempuh dengan jalan kaki, agak jauh sih lebih dekat dari stasiun Merak menuju pelabuhan. Nah dari Serang saya lanjut naik kereta api lokal menuju stasiun Merak dengan tarif Rp. 3.000,-. Perjalanan kurang lebih satu jam dan langsung menuju pengecekkan tiket masuk kapal.

·         Pelauhan Merak – Pelabuhan Bakauheni

Sebenarnya tarif hanya Rp. 15.000,- tapi karena sekarang diberlakukan tiket kapal non tunai jadi bagi penumpang yang belum memiliki e-money card bisa membeli di depan loket pelabuhan seharga Rp. 45.000,- sudah diisi untuk sekali keberangkatan.

·         Pelabuhan Bakauheni – Terminal Rajabasa

Sama seperti terminal Merak yang jaraknya tak jauh dari pelabuhan, dari Pelabuhan Bakauheni bisa naik bus menuju terminal Rajabasa dengan tarif Rp. 30.000,-. Atau naik travel, taxi dan kendaraan jenis lain, sesuai budget.

·         Terminal Rajabasa – Terminal Metro

Sebenarnya tanpa bantuan calo pun kita bisa cari sendiri bus yang menuju Metro, tiap bus sudah ada papan jurusan. Tarif dari Rajabasa ke Metro Rp. 15.000,-.
Sekian informasi tarif darat menuju Metro dari saya, semoga bermanfaat untuk teman-teman yang akan menempuh perjalanan darat menuju Lampung dan sekitarnya. Salam Pariwisata……..

Selesai......


Komentar

  1. Wahhh, perjalanan yg mengesankan, dan lucu.. jangan kapok ya Liya...🤗🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha siap Mbak...... mkasih sudah berkenan masuk dicerita perjalananku

      Hapus

Posting Komentar