Pulau Pahawang boleh masih jadi wacana, namun Way Kambas
harus terealisasi. Pagi itu hanya sebentar bisa ngobrol dengan Neng Geulis
Salsa. Waktu di Gramedia sih dia sering dipanggil Nisa Sabyan hehe, mirip
memang. Saya pamit dan mengucapkan terima kasih sudah diijinkan menginap. Memesan
ojek online menuju museum Lampung, karena kemarin belum sempat ke sana.Salsa juga
memesan Ojek Online (Ojol) menuju kampusnya, kami berpisah pagi itu. Dari rumah
Salsa ke museum lumayan jauh. Seperti dugaan, di dalam museum tak hanya
menyimpan benda-benda bersejarah saja, namun juga menyimpan kain tapis, yeeeay
akhirnya ketemu kain tapis.
![]() |
| bersama Salsa sebelum saya pamit ke Metro |
Dalam museum
juga terdapat kertas (dari kulit kayu) yang berisi tulisan kuno Lampung. Tulisan
itu yang kemarin saya dapati di tugu selamat datang Bandar Lampung. Konon sudah
ada sebelum islam masuk ke Sumatra. Pada umumnya tulisan tersebut berisi syair,
puisi, mantra, sihir guna-guna dan metode kesehatan (beuh ngeri juga ya, untung
saya gak bisa baca, kalau salah baca bisa runyem).
Terdapat pula mannequin yang mengenakan pakaian adat Lampung. Dari mannequin yang mengenakan pakaian pengantin hingga pakaian sehari-hari khas Lampung. Museum Lampung atau dikenal dengan sebutan museum “Ruwa Jurai” ini buka dari jam 08.00 – 14.00 WIB kecuali hari Jum’at yang buka hanya sampai pukul 11.00 WIB. Saat itu saya berkunjung pada hari jum’at, untung timingnya pas, jadi gak keburu tutup kyak kemarin. Baiklah, setelah dari meseum Lampung, perjalanan saya lanjutkan ke Kota Metro. Tidak ke terminal Rajabasa, saya naik bus arah Metro dari dari SDN 1 Hajimena, biar lebih aman dan lebih cepet berangkat. Dengan Rp. 6.000,- naik Ojol menuju SDN 1 Hajimena.
![]() |
| tulisan kuno Lampung |
Tarif menuju
terminal Metro Rp. 15.000,-. Kurang lebih selama 2 jam menempuh perjalanan
hingga Metro. Terminal Metro ini tak seluas terminal Rajabasa, jadi tak banyak
calo yang menawarkan jasanya pada saya. Di sebelah terminal terdapat Polsek dan
masjid, sembari menunggu jamaah sholat jum’at bubar, saya istirahat di Polsek. Baru
setelah masjid sepi, bergeser ke masjid untuk shalat dhuhur. Meski terlihat
sepi, masih ada segerombolan warga lokal yang ngobrol menggunakan bahasa Jawa. Ah
ini di Lampung tapi berasa di kampung sendiri hehe. Usai dari masjid, saya
memesan Ojol lagi menuju kantor “Yayasan Daarut Tauhid Peduli” kota Metro,
untuk meeting dengan Mbak Ranti terkait program Outbound yang akan
dilaksanakan minggu besok. Karena program inilah saya bisa berangkat ke
Lampung. Tarif Ojol Rp. 8.000,-, kantor Mbak Ranti rupanya tak jauh dari taman
kota Metro.
| kegiatan outbound bersama ponpes Baitul Qur'an |
Kami saling
berkenalan terlebih dahulu, saya memaparkan gambaran acara, Mbak Ranti beserta tim kantor menyiapkan perlengkapan. Pihak kantor Mbak Ranti minta acara
diajukan besok, alias hari sabtu (23/02/19), yaaah itu artinya agenda ke Way
Kambas bersama Pamuji hari minggunya. Saya dijamu makan siang (jelang sore), Alhamdulillah rejeki. Numpang mandi sekalian di kantor, sebelum akirnya ke
rumah Mbak Bety, sahabat komunitas nulis. Mbak Bety pulang malam waktu itu,
saya diajak ke rumah Anisa terlebih dulu, Anisa juga bekerja di yayasan
tersebut. Rumah Anisa tak jauh dari rumah Mbak Bety, dan ternyata Anisa ini
masih sodara jauh dengan Mbak Bety. Seusai Isya saya bersama Anisa bergeser ke
rumah Mbak Bety, hampir 2 tahun tidak bertemu Mbak Bety, huaah lega akhirnya
bisa bertemu. Kami bertiga asik ngobrol sambil ditemani hujan, rasanya syahdu
hehe. Mbak Bety tinggal bersama kedua orang tuanya dan adiknya, Dani. Anisa
akhirnya memutuskan menginap di rumah Mbak Bety karena hujan tak kunjung reda. Sebenarnya
destinasi awal di Metro itu tempat laundry, eh nggak tahunya Mbak Bety
(lebih tepatnya kakak Mbak Bety) punya usaha laundry, dan urusan baju
kotor sudah aman.
![]() |
| olahan Ikan Gurame ala Ibunya Mbak Bety |
![]() |
| bersama keluarga besar Mbak Bety |
Paginya
ibu Mbak Bety menyiapkan kami sarapan Gurame (lodeh atau apa saya lupa nama
masakannya) rasanya bikin susah lupa, enak banget. Di tempat Mbak Bety itu
sepertinya apa-apa ada, mau ikan Gurame tinggal serok, baju kotor tinggal laundry
sendiri, mau sayur juga ada kebun, Alhamdulillah lah ya rejeki. Tak banyak
kegiatan pagi itu, saya hanya istirahat sembari menyiapkan materi untuk para
santri yang diasuh yayasan. Acara berlangsung sore, dan diguyur hujan lebat,
saya sudah hampir sedih kalau acara akan kacau dan tanpa disangka, hujan justru
membuat acara tersebut makin seru. Hujan Lebat Tak Surutkan Peserta
Experiential Learning di Ponpes Baitul Quran Lampung - https://kampoengupdate.com/?p=3644
![]() |
| bersama crew DT peduli Metro |
Bersyukur
bisa berbagi keceriaan bersama para santri Baitul Qur’an yang diasuh Yayasan DT
Peduli. Usai acara masih nampak gerimis setelah hujan, saya dan Anisa diajak
Mbak Ranti makan malam di bakso paling hits se-Metro, katanya. Dan benar saja,
kami belum selesai makan, kedai bakso sudah ditutup padahal masih pukul 20.00
WIB, namun bakso sudah habis, wuah untung kami masih kebagian. Sampai saat saya
menuliskan ini, rasa tu bakso masih melekat di lidah, rekomendasi bagi kalian
yang berkunjung ke Metro, “Bakso Son Haji Sony” atau lebih dikenal dengan Bakso
Sony saja. Makasih banyak Mbak Ranti, saya sampai gagal move on sama tu
bakso hehe. Dan acara utama di Lampung telah usai, tinggal ke Way Kambas saja esok
harinya. Sampai di rumah Mbak Bety langsung istirahat karena si Pamuji ngajak
berangkat pagi.
***
Jumlah gajah Sumatra
tiap tahun mengalami penurunan, ada sekitar 150-an gajah di taman Way Kambas
ini. bila gajah tersebut sakit, sudah ada tim medis yang bekerja di rumah sakit
gajah, lokasinya masih di sekitar Way Kambas. Para gajah ini tidak dimasukkan
di kandang saat siang, mereka dibiarkan bebas, hidup bersama alam, hanya saja tetap
dalam pengawasan petugas.
Hah saya
merasa beruntung sekali diijinkan menyaksikan gajah langsung di alamnya,
pengalaman ini tak bisa dilupakan. Puas berkenalan dengan gajah dan
mengelilingi taman Way Kambas, kamipun pulang ke kediaman Mbak Bety. Sebelum sampai
rumah, saya minta berhenti di penjual rujak Bebeg, sudah lama pengen rujak itu.
Rujak buah sebenarnya tapi ditumbuk dengan bumbu, rasanya mantep. Saya menceritakan
perjalanan hari ini ke Mbak Bety, dan rupanya dia belum pernah ke Way Kambas,
wah pelanggaran, warga lokal wajib ke Way Kambas hehe. Sebenarnya senin
besoknya saya mau pamit pulang, namun Mbak Bety belum rela, karena merasa belum
mengajak saya jalan-jalan. Akhirnya kami jalan siang dan malam harinya. Saya diajak
ke pasar, beli batik dan melihat kain tapis (hanya melihat, saya belum ada
rencana beli, mahal euy), selanjutnya kami ke swalayan untuk membeli oleh-oleh,
Dani juga sempat makan malam bersama saya dan Mbak Bety. Pengalaman bersama
Mbak Bety, Dani, Mbak Ranti, Anisa, Pamuji serta santri Baitul Qur’an di Metro
tidak akan saya lupakan. Terima kasih semuanya, terima kasih atas semua
perjalanan manis ini. semoga kita bertemu di perjalanan berikutnya.
![]() |
| memakai kain tapis |
![]() |
| rumah sakit gajah di Way Kambas |
Oy saya ingin berbagi informasi rute darat menuju Lampung
dari Ngawi (Jawa Timur) :
· Stasiun Paron, Ngawi – Stasiun
Pasar Senin
Naik kereta Brantas Rp. 84.000,- namun bila kehabisan tiket
kereta ini masih ada alternatif kereta lain yang harganya diatas Rp.100.000,-
atau naik bus ekonomi dengan tarif kisaran Rp. 250.000,-
·
Terminal Senin - Terminal
Kalideres
Dari stasiun Pasar senin bisa jalan kaki menuju terminal
Senin, cari bus arah kalideres dengan tarif Rp.4.000,- usahakan pakai uang
pas, karena supir bus biasanya ebut-kebutan. Biar lebih cepet beres
maksudnya, usahakan bayar dengan uang pas.
·
Terminal Kalideres –
Terminal Merak
Waktu itu saya turun Patung, Serang tapi tarif sama bila
hendak langsung turun ke terminal Merak yakni Rp. 25.000,-. Dari terminal Merak
menuju pelabuhan bisa ditempuh dengan jalan kaki, agak jauh sih lebih dekat dari stasiun Merak menuju pelabuhan.
Nah dari Serang saya lanjut naik kereta api lokal menuju stasiun Merak dengan tarif Rp. 3.000,-. Perjalanan kurang lebih satu jam dan langsung menuju pengecekkan tiket masuk
kapal.
·
Pelauhan Merak –
Pelabuhan Bakauheni
Sebenarnya tarif hanya Rp. 15.000,- tapi karena sekarang
diberlakukan tiket kapal non tunai jadi bagi penumpang yang belum memiliki e-money card
bisa membeli di depan loket pelabuhan seharga Rp. 45.000,- sudah diisi untuk
sekali keberangkatan.
·
Pelabuhan Bakauheni –
Terminal Rajabasa
Sama seperti terminal Merak yang jaraknya tak jauh dari
pelabuhan, dari Pelabuhan Bakauheni bisa naik bus menuju terminal Rajabasa
dengan tarif Rp. 30.000,-. Atau naik travel, taxi dan kendaraan jenis lain,
sesuai budget.
·
Terminal Rajabasa –
Terminal Metro
Sebenarnya tanpa bantuan calo pun kita bisa cari sendiri bus
yang menuju Metro, tiap bus sudah ada papan jurusan. Tarif dari Rajabasa ke
Metro Rp. 15.000,-.
Sekian informasi tarif darat menuju Metro dari saya, semoga
bermanfaat untuk teman-teman yang akan menempuh perjalanan darat menuju Lampung
dan sekitarnya. Salam Pariwisata……..
Selesai......











Wahhh, perjalanan yg mengesankan, dan lucu.. jangan kapok ya Liya...🤗🤗
BalasHapushaha siap Mbak...... mkasih sudah berkenan masuk dicerita perjalananku
Hapus