Adzan
subuh dan udara pagi di Jember seakan memberi semangat setelah lelah di perjalanan.
Lama gak jalan, rasanya sulit dipercaya kalau saya sudah berada di Jember. Dan
salah satu hal yang membuat bahagia sudah di depan mata, yaitu explore Jember.
Dari awal sudah berencana ke pantai Papuma. Namun sayangnya Bety masuk kerja
dihari itu, untung saja masih ada kawan di Jember, Sadli namanya, tapi saya
lebih suka memanggilnya Sadeli. Pria kelahiran Lombok 24
th silam. Kami bertemu dan berkenalan di Forum Lingkar Pena (FLP). Kami janjian di masjid
agung Jember bakda dhuhur untuk ke Papuma.
 |
| ombak dan karang di pantai Papuma |
Rutinitas pagi bersama Bety,
rasanya seperti nostalgia masa kuliah dulu. Kami memang tak pernah satu kost namun saya
kerap mengunjungi Bety sekaligus kelewat sering numpang nginap di kostnya hehe.
Suami Bety seorang Tentara dan kebetulan sift pagi, sebelum mata saya melek
dengan benar, suami Bety sudah berangkat. Memulai pagi dengan bersih-bersih
rumah, menyirami tanaman, masak dan hanya saya yang sarapan. Karena waktu itu
masih ramadhan dan saya sedang udhzur. Saya suka apapun yang dimasak Bety,
selalu sedap rasanya. Menu yang dihidangkan kali ini adalah pecel, tempe
perkedel dan apalah itu banyak sekali. Selanjutnya kami bersiap untuk kencan
sebentar di alun-alun Jember sebelum Bety berangkat kerja ke Rumah Sakit.
 |
| Menu sarapan ala Bety |
Jember yang terkenal dengan JFC
(Jember Fahion Carnival) ini ternyata punya alun-alun yang rindang, dikelilingi
pohon Palem.
 |
JFC yang menjadi kiblat fesyen Indonesia
hah musti ke sini lagi pas JFC pokoknya hehe |
Di salah satu sudut alun-alun tertempel Baliho acara JFC, semoga
suatu saat bisa ke Jember lagi saat JFC digelar, amiin. Setelah puas foto-foto
kami berpisah di masjid Agung Jember, Bety pamit kerja sedangkan saya menunggu
si Sadeli yang akan menjemput. Menunggu sangat membosankan, dan benar saja,
saya susah anteng kalau disuruh nunggu. Jalan kaki kemanapun lah, eh ketemu
Indoma**t, hehe ya beli camilan. Kebetulan ada banyak tempat duduk, saya hanya
anteng nyemil sambil dengerin obrolan sana sini siswa-siswa SMA yang kebetulan
juga duduk di sana. Mereka asik ngobrol dengan bahasa Jawa dengan logat
timur-an, berbeda dengan bahasa Jawa yang biasa saya gunakan sehari-hari. Yah
masih di Pulau Jawa, bahasanya masih sama, nanti lah keliling lagi di luar
Jawa, biar makin nemuin keberagaman bahasa, amiin.
Puas nyemil saya jalan lagi,
masih di sekitaran alun-alun, pasang tripod buat ambil gambar sana sini, si
Sadeli lumayan lama juga, untunglah saya termasuk tipe orang yang kuat nunggu,
apalagi nunggu jodoh ciyaa. Oy selain alun-alun yang rindang, masjid agung Jember ini memiliki arsitektur unik, mirip gedung DPR kalau kata saya. Kombinasi warna hijau makin membuat masjid tersebut mirip dengan gedung DPR hihi unik unik. Dan setelah puluhan menit berlalu kami akhirnya
bertemu, bila biasanya kami hanya ngobrol via whatsApp kali ini Alhamdulillah
bisa langsung bertatap muka. Tak menunggu lama kita langsung menuju Pantai
Papuma, lumayan jauh juga ternyata, sekitar 2 jam perjalanan. Meski cuaca lagi
panas-panasnya tapi saya nikmati saja, jarang bisa jalan-jalan. Sadeli
mengendarai motor tak terlalu ngebut, syukurlah saya juga merasa lebih aman
demikian.
 |
| Masjid Agung Jember, tampak depan. Kiri kanan masjid banyak pohon Palem, sempat bingung cari sudut untuk ambil gambar. |
Letak Pantai Papuma cukup susah
dijangkau ternyata, apalagi kalau mengandalkan kendaraan umum. Saya teringat
pepatah yang mengatakan bahwa keindahan itu tidak mudah dicapai, dan pepatah
ini cocok untuk menggambarkan keindahan Pantai Papuma. Di sekitar Pantai Papuma
terdapat banyak sekali monyet berkeliaran, dan saya tersipu malu saat mendapati
sepasang monyet yang sedang kawin, untung Sadeli gak lihat haha. Sepanjang
pantai dipasang pagar pembatas demi keamanan pengunjung. Dan ada bukit selfie
yang dikenai biaya tertentu, belum termasuk harga tiket masuk pantai yang sudah
kami bayar di pintu masuk. Harga Tiket masuk Pantai Papuma 15Ribu untuk weekday
dan 20Rb untuk weekend. Bukit karang dan ombak menjadi daya tarik pantai
tersebut, kami melipir ke tepian pantai, banyak terdapat perahu nelayan di
sana. Bermain dengan karang di tepian pantai, duduk di bebatuan dan menikmati
ombak, rasanya saya sangat bersyukur diberi kesempatan mengunjungi pantai
Papumaini, indah sekali.
 |
| Akhirnya kesampean ke Pantai Papuma hehe |
Tak terasa waktu sudah hampir
ashar, awalnya pengen mampir ke “Kampung Badja” bertemu dengan komunitas pegiat
literasi di sana. Sayangnya Sadeli tidak bisa mengantar karena ada keperluan
lain. Kami langsung pulang menuju rumah Bety, sempat sedikit kesasar. Rumah Bety
di perumahan dan di mata saya rumah di tiap gang sama. Dari pada Sadeli
kelamaan nunggu saya menemukan rumah Bety, kami berpisah di pintu masuk komplek
perumahan tersebut. Satu hari yang berkesan bersama para sahabat saya, ada satu
kawan lagi, Vya namanya dia masih kuliah di Unej, sempat saya hubungi namun
nomornya tidak aktif. Ya tak apalah, toh dia tinggal di Ngawi, semoga bisa
ketemu lain waktu.
Waktu sangat cepat berlalu, adzan
maghrib berkumandang, Bety dan suami berbuka puasa, kalau saya sih ngikut aja
hehe. Setelah shalat Maghrib berjama’ah, mereka mengantarkan saya ke terminal
Jember. Saya hendak melanjutkan perjalanan ke Bondowoso, silaturahim ke Mbak
Dwi sahabat satu kost plus satu kelas jaman masih kuliah dulu. Kabarnya gang
rumah Mbak Dwi sejak maret 2017 dinobatkan sebagai gang kopi. Dipenuhi dengan
berbagai kedai dan kafe yang menjual menu kopi khas Bondowoso, hmm jadi
penasaran. Bus dari terminal berangkat pukul 18.30 menuju terminal Bondowoso.
 |
| ini Ilham sadli, kawan FLP yang menemani saya ke pantai Papuma |
 |
| di terminal Jember, untuk melanjutkan perjalanan ke Bondowoso |
 |
| Nah ini Bety, kami foto di alun-alun Jember. Rindang, karenabanyak pohon Palem |
Sekali-kali posting fotoku dong mbak..haha
BalasHapusAyo kapan ngetrip bareng...
Boleeeh, yuk ngetrip bareng hehe
HapusAda aku 😀😀 follow aku ya gaeees 😁😂
BalasHapusHadeeeh,
Hapus