Pertemuan singkat saya dengan Mas Fitri di Lampung Februari 2019 rupanya membawa kami ke pelaminan. Takdir Allah begitu unik, padahal niatan ke Lampung ingin explore plus ketemu Fiersa Besari. Rupanya kenekatan solo trip ke Lampung ini sekaligus jalan saya dipertemukan dengan jodoh, alhamdulillah sekali tepuk dua, tiga pulau terlampaui, kata pepatah. Februari kita bertemu, Maret hingga April masih haha hihi, Mei dia bilang mau melamar. Lantas saya tanya sudah siapkah bertemu kedua orang tua saya? Lalu ia jawab, saya belum siap materi. Dalam hati bertanya, lalu untuk apa dia mengungkapkan isi hatinya? Ah hanya membuat galau saja. Kami sepakat untuk sementara membatasi komunikasi sampai dia benar-benar siap melamar. Namun sayangnya ada yang lebih dulu melamar, tak pernah bertemu orangnya, entahlah kenapa dia melamar saya. Kabar itu saya sampaikan ke Mas Pit, dia panik langsung menghubungi bapak tapi sayangnya bapak juga tak bisa berbuat banyak, intinya semua keputusan di tangan saya. Mas Pit akhirnya pasrah, saya kasian tapi sedikit nyengir, sudah lama saya minta ia telpon bapak, tapi tak juga dilakukan, malah disituasi seperti ini baru tlp, benar saja bapak tak bisa memberikan tanggapan sesuai harapan Mas Pit.
Sebenarnya saya ingin langsung menolak tapi kok sungkan, minta waktu beberapa hari untuk berfikir dan akhirnya kedua orang tua saya yang menemui beliau dan menyampaikan penolakan secara baik-baik. Kabar itu kembali saya sampaikan Mas Pit dan dia dengan semangat menghubungi bapak dan mantap melamar saya. Orang tua saya memberikan pilihan, menikah di bulan Desember 2019 atau Juni 2020. Hal itu saya diskusikan dengan Mas Pit terlebih dahulu, kalau saya pribadi sebenarnya ingin menikah pada 11 November, filosofinya 11 : 11 karena kami bertemu di acara itu yang berlokasi di Gramedia Raden Intan, Bandar Lampung. Sayangnya tak ada pilihan tersebut, lalu saya memilih bulan Desember dengan berat hati Mas Pit menyetujui, karena dia ingin bulan Juni, agar bisa mengulur waktu jadi dia bisa nabung lebih. Sedangkan saya berfikir itu terlalu lama, ingin menyegerakan hal baik, iya sudah kami akhirnya sepakat dan sama-sama ikhlas bila Desember menikah.
Mas Pit bekerja di pabrik minyak, namun pabrik sering libur, apesnya tak lama setelah ia mengutarakan niat baik akan menikahi saya, pabrik libur. Pusing bukan main, beruntung ada kawan yang mengajaknya bekerja di proyek ITERA (institut teknologi Sumatera) dia bekerja sebagai kuli. Singkat cerita Mas Pit mentransfer saya yang untuk membeli mahar dan seserahan. Iya, saya yang belanja sendiri, biar mas Pit fokus bekerja saja, urusan persiapan menikah insyaallah saya bisa handle. Ya seperti itulah bila jodoh terpisah pulau, harus bisa survive dengan keadaan. Finally kami mengadakan acara lamaran formalitas, acara lamaran itu impian saya sih, sebenarnya ortu minta langsung menikah saja. Tapi saya yang ngeyel karena pengen merasakan dilamar secara resmi. Dan finally dokumentasi lamaran plus pernikahan kami.
Momen lamaran 2 Minggu sebelum menikah
Komentar
Posting Komentar