#2 HAMPIR LEBARAN DI TRENGGALEK



goa ngerit
Sahur kedua di Trenggalek masih dengan suasana yang hangat meskipun suhu terasa dingin. Seusai sahur terlihat banyak aneka jajanan yang telah siap menyambut lebaran, kami ngobrol hingga subuh. Usai subuh suasana mulai hening, hanya tertinggal suara-suara orang tadarus di masjid dan mushala terdekat. Awalnya saya, Lutfi dan Ifa masih asik ngobrol di kamar, hingga tak sadar semua gelap, kami ketiduran. Samar-samar terdengar suara Lutfi yang membangunkan saya, namun entahlah mata ini lengket sekali, suara itu sudah tidak ada lagi. Terbangun entah jam berapa, hari ini harus pulang, tegas dalam hati. Bergegas mandi, ganti baju dan packing, setelah semua beres saya sempatkan salat dhuha untuk mendo’akan orang lain dan diri sendiri agar dimudahkan rejeki. Do’a saya mendadak buyar kala Lutfi menaruh bungkusan kresek ungu berisi jajanan yang kami buat kemarin serta angpao, waduh kalau ini sih namanya belum beres minta Tuhan udah dikasih haha, silakan dicoba.
Saya pikir Lutfi akan langsung mengantar ke terminal, rupanya dia belum puas mengajak saya jalan-jalan. Dia berencana mengajak saya ke Goa Ngerit, salah satu destinasi wisata unggulan di sana katanya. Setelah semua siap, saya pamit kepada keluarga Lutfi dan mengucapkan banyak terima kasih. Mereka sibuk bersih-bersih rumah karena lebaran semakin dekat, sayangnya saya telat menulis ini, mungkin h-2 lebaran hmm entahlah lupa  haha, maaf. Tak berapa lama dari kediaman Lutfi, kami tiba di Goa Ngerit, masih sepi, kami datang terlalu pagi. Petugas kebersihan membukakan gerbang menuju Goa Ngerit. destinas Goa Ngerit ini berupa taman yang dikelilingi banyak batuan besar atau sebut saja taman batu. Bongkahan batu di sini masih alami, hanya ditata saja dan dipercantik dengan berbagai tanaman serta fasilitas lain. Konon bebatuan yang ada di sini sudah berumur ribuan tahun, kami berkeliling area Goa Ngerit.
salah satu view di Goa Ngerit

jembatan buatan penghubung antar goa

Ada sebuah jembatan buatan yang menghubungkan satu batuan besar dengan batu lain, ada pula goa untuk bertapa dan ada goa besar yang ehm lumayan ngeri juga kalau masuk. Namun atas nama penasaran sayapun coba beranikan diri untuk menjajal masuk ke semua area goa yang ada di sana, untunglah kami ditemani Pak Tasi, beliau salah satu tukang kebun di Goa Ngerit yang berbaik hati mengantarkan kami. Dengan perasaan sedikit was-was kami bertiga masuk ke goa terbesar, kurang lebih 100 m kedalamannya dan saya langsung teriak. Lutfi yang awalnya ambil gambar juga mundur teratur, kami hampir diserang segerombolan kelelawar. Kami berhenti tepat di depan tulisan “Stop Area”, suhu di dalam goa dingin dan lembab. Kata Pak Tasi, goa ini panjangnya hingga mencapai 600 m, namun petugas hanya membolehkan pengunjung berhenti di 100 m.
area goa pertapaan


dibriefing Pak Tasi sebelum masuk goa, gak boleh pecicilan,
gak boleh ngomong jorok dan yang terpenting gak boleh cuci piring, apaan si :p


suasana di dalam goa
Tak berapa lama, kami diminta keluar oleh Pak Tasi, banyak cerita mistis berseliweran, percaya atau tidak yang jelas kita harus sopan apabila mendatangi daerah baru. Oy rupanya tidak hanya berkeliling saja menikmati keindahan alam. Ada satu batu besar yang di tengahnya memiliki lubang kecil, pengunjung ditantang mampu memasukkan kerikil di lubang tersebut dengan menggunakan tangan kiri. Entah karena daerah sendiri atau sering mencoba, lemparan kerikil pertama Lutfi langsung masuk. Saya kesal karena berkali-kali coba tapi tidak masuk, minta dukungan Pak Tasi akhirnya saya berhasil memasukan kerikil di lubang batu tersebut.
percobaan pertama langsung gol ckckck
Memang hanya permainan sederhana, namun dari situ saya belajar konsentrasi, sabar dan mendadak lupa masalah. Perjalanan selalu menyisakan bahagia, sehingga bila perjalanan tersebut telah usai, seorang pejalan akan siap menghadapi kenyataan. Dan kenyataannya seorang pejalan tak selalu jalan-jalan, ada tanggung jawab yang harus diselesaikan. Ada masalah yang harus dihadapi dan ada yang menunggumu di seberang sana. Terima kasih Lutfi, kampung halamanmu sungguh indah, semoga kita bertemu di perjalanan selanjutnya. Salam piknik hingga hampir lebaran…..


pemandangan dari dalam bus

Lutfi, saya dan adiknya, Ifa

Komentar

Posting Komentar