 |
| goa ngerit |
Sahur kedua di Trenggalek masih
dengan suasana yang hangat meskipun suhu terasa dingin. Seusai sahur terlihat banyak aneka jajanan yang telah siap menyambut lebaran, kami ngobrol
hingga subuh. Usai subuh suasana mulai hening, hanya tertinggal suara-suara
orang tadarus di masjid dan mushala terdekat. Awalnya saya, Lutfi dan Ifa masih
asik ngobrol di kamar, hingga tak sadar semua gelap, kami ketiduran. Samar-samar
terdengar suara Lutfi yang membangunkan saya, namun entahlah mata ini lengket
sekali, suara itu sudah tidak ada lagi. Terbangun entah jam berapa, hari ini
harus pulang, tegas dalam hati. Bergegas mandi, ganti baju dan packing, setelah
semua beres saya sempatkan salat dhuha untuk mendo’akan orang lain dan diri
sendiri agar dimudahkan rejeki. Do’a saya mendadak buyar kala Lutfi menaruh
bungkusan kresek ungu berisi jajanan yang kami buat kemarin serta angpao, waduh
kalau ini sih namanya belum beres minta Tuhan udah dikasih haha, silakan dicoba.
Saya pikir Lutfi akan langsung
mengantar ke terminal, rupanya dia belum puas mengajak saya jalan-jalan. Dia berencana
mengajak saya ke Goa Ngerit, salah satu destinasi wisata unggulan di sana
katanya. Setelah semua siap, saya pamit kepada keluarga Lutfi dan mengucapkan
banyak terima kasih. Mereka sibuk bersih-bersih rumah karena lebaran semakin
dekat, sayangnya saya telat menulis ini, mungkin h-2 lebaran hmm entahlah lupa haha, maaf. Tak berapa lama dari kediaman
Lutfi, kami tiba di Goa Ngerit, masih sepi, kami datang terlalu pagi. Petugas
kebersihan membukakan gerbang menuju Goa Ngerit. destinas Goa Ngerit ini berupa taman yang dikelilingi banyak batuan besar atau sebut saja taman batu. Bongkahan batu di sini masih alami,
hanya ditata saja dan dipercantik dengan berbagai tanaman serta fasilitas lain.
Konon bebatuan yang ada di sini sudah berumur ribuan tahun, kami berkeliling
area Goa Ngerit.
 |
| salah satu view di Goa Ngerit |
 |
| jembatan buatan penghubung antar goa |
Ada sebuah jembatan buatan yang
menghubungkan satu batuan besar dengan batu lain, ada pula goa untuk bertapa
dan ada goa besar yang ehm lumayan ngeri juga kalau masuk. Namun atas nama
penasaran sayapun coba beranikan diri untuk menjajal masuk ke semua area goa
yang ada di sana, untunglah kami ditemani Pak Tasi, beliau salah satu tukang
kebun di Goa Ngerit yang berbaik hati mengantarkan kami. Dengan perasaan
sedikit was-was kami bertiga masuk ke goa terbesar, kurang lebih 100 m
kedalamannya dan saya langsung teriak. Lutfi yang awalnya ambil gambar juga
mundur teratur, kami hampir diserang segerombolan kelelawar. Kami berhenti
tepat di depan tulisan “Stop Area”, suhu di dalam goa dingin dan lembab. Kata Pak
Tasi, goa ini panjangnya hingga mencapai 600 m, namun petugas hanya membolehkan pengunjung berhenti di 100 m.
 |
| area goa pertapaan |
 |
dibriefing Pak Tasi sebelum masuk goa, gak boleh pecicilan,
gak boleh ngomong jorok dan yang terpenting gak boleh cuci piring, apaan si :p
|
 |
| suasana di dalam goa |
Tak berapa lama, kami diminta
keluar oleh Pak Tasi, banyak cerita mistis berseliweran, percaya atau tidak
yang jelas kita harus sopan apabila mendatangi daerah baru. Oy rupanya tidak
hanya berkeliling saja menikmati keindahan alam. Ada satu batu besar yang di tengahnya memiliki lubang
kecil, pengunjung ditantang mampu memasukkan kerikil di lubang tersebut dengan
menggunakan tangan kiri. Entah karena daerah sendiri atau sering mencoba,
lemparan kerikil pertama Lutfi langsung masuk. Saya kesal karena berkali-kali
coba tapi tidak masuk, minta dukungan Pak Tasi akhirnya saya berhasil memasukan
kerikil di lubang batu tersebut.
 |
| percobaan pertama langsung gol ckckck |
Memang hanya permainan sederhana, namun dari
situ saya belajar konsentrasi, sabar dan mendadak lupa masalah. Perjalanan selalu
menyisakan bahagia, sehingga bila perjalanan tersebut telah usai, seorang
pejalan akan siap menghadapi kenyataan. Dan kenyataannya seorang pejalan tak selalu
jalan-jalan, ada tanggung jawab yang harus diselesaikan. Ada masalah yang harus
dihadapi dan ada yang menunggumu di seberang sana. Terima kasih Lutfi, kampung
halamanmu sungguh indah, semoga kita bertemu di perjalanan selanjutnya. Salam piknik hingga hampir lebaran…..
 |
| pemandangan dari dalam bus |
 |
| Lutfi, saya dan adiknya, Ifa |
Uluuuuhhh... Ada yang menunggu di seberang sana... Guru cupang
BalasHapus